Dosen Pembimbing :
Dr.Kh.Alwi Uddin
Diajukan sebagai
tugas
“Akhlak Tasawuf”
Di susun oleh:
Muhammad Danial
Pendidikan ulama tarjih
Universitas muhammadiyah makassar
Tahun ajaran 2012-2013
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
ridla-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini, tidak lupa shalawat dan salam
semoga selamanya tercurahkan kepada sang pemimpin revolusi sedunia, pendobrak
kebathilan yaitu Nabi besar Muhammad SAW.
Kami penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh pihak yang telah
membantu dan memotivasi kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, maka dari
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca supaya menjadi
dorongan dan perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Aamiin yaa Robb Al’aalamiin
Makassar, 17 Juli 2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
I.KATA
PENGANTAR......................................................................................................
1
II.DAFTAR ISI....................................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
.............................................................................................
3
b. Rumusan Masalah............................................................................................
3
c. Tujuan............................................................................................................
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Istiqomah
....................................................................................
4
B. Dalil-dalil
Istiqomah......................................................................................
5
C. Karakteristik Perilaku Istiqomah.................................................................
8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................................
9
DAFTAR
PUSTAKA.....................................................................................................
9
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar
Belakang
Sifat (istiqomah)adalah menjadi tuntutan Islam seperti yang diperintahkan oleh
Allah SWT dalam QS. Fushilat: 6, yang artinya: Katakanlah wahai Muhammad
“Sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan
kepada aku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan yang satu; maka hendaklah kamu teguh
di atas jalan yang lurus”.
Sifat istiqomah inilah yang harus dimiliki oleh setiap muslim demi meraih
kesuksesan di dunia dan di akhirat. Bercermin pada keberhasilan yang diraih
oleh Rasulullah SAW, beliau teguh dalam membawa misi risalah dakwahnya meskipun
beribu-ribu rintangan dan hambatan menghadang.
b. Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah adalah sebagai berikut:
a.
Pengertian istiqomah
b.
Dalil-dalil yang berkaitan dengan istiqomah
c.
Karakteristik perilaku istiqomah
c. Tujuan
Adapun
tujuan makalah adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui
pengertian istiqomah
b. Mengetahui
dan memahami dalil-dalil yang berkaitan dengan istiqomah
c. Mengetahui
karakteristik perilaku istiqomah
d. Meneladani
perilaku istiqomah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Istiqomah
Istiqomah menurut bahasa
adalah pendirian yang teguh atas jalan yang lurus. Sedangkan menurut istilah,
istiqomah adalah bentuk kualitas batin yang melahirkan sikap konsisten (taat
asas) dan teguh pendirian untuk menegakkan dan membentuk sesuatu menuju pada
kesempurnaan atau kondisi yang lebih baik, sebagaimana kata taqwimmerujuk
pula pada bentuk yang sempurna.
Mengenai pengertian istiqomah itu sendiri,
para ulama berbeda pendapat diantaranya;
a.Menurut
Abu al-Qasim al-Qusyairi : “istiqomah
adalah sebuah tingkatan yang menjadi pelengkap dan penyempurna segala urusan.
Lantaran istiqomahlah segala kebaikan berikut aturannya dapat terwujud”
b.Menurut
al-Wasithi : “istiqomah adalah sifat yang bisa menjadikan sempurnanya
kebaikan. Apabila ia hilang, kebaikan-kebaikan menjadi buruk”
c.Menurut Abu Bakar : “bahwa
meraka yang beristiqomah adalah orang-orang yang tidak menyekutukan Allah SWT
dengan sesuatupun.
d.Menurut Abu Ali ad-Daqqaq :
“ada tiga derajat pengertian istiqomah, yaitu
-menegakkan atau membentuk sesuatu (taqwiim)
yakni, menyangkut disiplin jiwa,
-menyehatkan dan meluruskan (iqomah),yakni berkaitan
dengan penyempurnaan,
-berlaku lurus (istiqomah),yakni berhubungan
dengan tindakan mendekatkan diri pada Allah SWT.
Sikap istiqomah menunjukkan kekuatan iman yang merasuki seluruh jiwa, sehingga
seseorang tidak akan mudah goncang atau cepat menyerah pada tantangan atau
tekanan. Mereka yang memiliki jiwa istiqomah itu adalah tipe manusia yang
merasakan ketenangan luar biasa walau penampakkannya di luar bagai seorang yang
gelisah. Dia merasa tenteran karena apa yang dia lakukan merupakan rangkaian
ibadah sebagai buktimahabbah. Tidak ada rasa takut apalagi keraguan.
Dengan
demikian, istiqomah bukanlah berarti sebuah sikap yang jumud, tidak mau adanya
perubahan, namun sebuah kindisi yang tetap konsisten menuju arah yang
diyakininya dengan tetap terbuka terhadap gagasan inovatif yang akan menunjang
atau memberikan kontribusi positif untuk pencapaian tujuannya.
Mengomentari
masalah ini, Dr. Nurcholis Madjid berkata :
“Kesalahan itu timbul antara lain akibat persepsi
bahwa istiqomah mengandung makna yang statis. Memang istiqomah mengandung arti
kemantapan, tetapi tidak berarti kemandekkan, namun lebih dekat kepada arti
stabilitas yang dinamis”, maka itulah yang disebut istiqomah.
Pribadi muslim yang profesional dan berakhlak memiliki sikap konsisten yaitu
kemampuan untuk bersikap pantang menyerah, mampu mempertahankan prinsip serta
komitmennya walau harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan
dirinya. Mereka mampu memngendalikan diri dan mengelola emosinya secara
efektif. Sikap konsisten telah melahirkan kepercayaan diri yang kuat dan
memiliki integritas serta mampu mengelola stres dengan tetap penuh gairah.
Seorang yang istiqomah tidak mudah berbelok arah betapapun godaan untuk
mengubah tujuan begitu memikatnya. Dia tetap pada niat semula.
Istiqomah berarti berhadapan dengan segala rintangan, konsisten berarti tetap
menapaki jalan yang lurus walaupun sejuta halangan menghadang. Iman dan
istiqomah akan membuahkan keselamatan dari segala macam keburukan dan meraih
segala macam yang dicintai. Orang yang istiqomah juga akan dianugerahi
kekokohan dan kemenangan, serta kesuksesan memerangi hawa nafsu. Beruntunglah
orang yang mampu istiqomah dalam melakukan ketaatan kepada Allah SWT. Khususnya
pada zaman seperti ini, saat cobaan, ujian, dan godaan selalu menghiasi
kehidupan. Siapa saja yang kuat imannya akan menuai keberuntungan yang besar.
Dan siapa saja yang lemah imannya akan tersungkur di tengah belantara kehidupan
dan mengecap pahitnya kegagalan.
B. Dalil-dalil
Istiqomah
· a. QS. Huud (11): 112
Artinya: Maka konsisitenlah sebagaimana telah
diperintahkan kepadamu dan juga orang yang telah taubat bersamamu, dan
janganlah kamu melalampaui batas. Sesungguhnya dia menyangkut apa yang kamu
lakukan, maha melihat.
Ayat ini memerintahkan Nabi Muhammmad SAW untuk konsisten dalam
melaksanakan dan menegakkan tuntunan wahyu-wahyu Illahi sebaik mungkin sehingga
terlaksana secara sempurna sebagaimana mestinya.
Ayat sebelum ini berbicara tentang kitab Nabi Musa as dan pertikaian umatnya
tentang kitab suci Taurat. Ayat ini melarang umat Islam bertikai seperti halnya
pertikaian itu dan memerintahkan untuk konsisten memelihara dan mengamalkan
kitab suci. Semua sepakat tentang Al-Quran yang dimulai dengan surah al-Fatihah
dan berakhir dengan surah an-Naas
· b.QS. Fushilat (41): 30-32
Artinya:
30. Sesungguhnya orang-orang yang berkata, Tuhan kami adalah Allah
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat-malaikat akan turun
kepada mereka (dengan berkata) “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kanu
bersedih hati dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah
dijanjikan kepadamu”.
31. Kamilah
pelindung-pelindungmu dalam kehidpan dunia dan akhirat di dalamnya surga kamu
memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta.
32. Sebagai penghormatan (bagimu) dari Allah yang Maha Pengampun,
Maha Penyayang.
Inilah lanjutan dari bisikan malaikat yang disampaikan kedalam jiwa orang yang
telah mengakui Allah SWT sebagai Tuhannya dan tetap teguh memegang pendirian,
tidak berubah dan tidak beranjak, sebab hanyalah Allah tempat berlindung, tidak
ada yang lain. Allahlah tempat memohonkan pertolongan, yang lain tidak. Maka
selain dari ketenteraman hati diatas dunia ini sebagai alat paling penting
untuk pertahanan jiwa dalam menghadapi serba-serbi gelombang kehidupan,
dijanjikan pula bahwa kelak akan dimasukkan ke dalam surga.
Sambungan bujukan malaikat-malaikat itu yakni bahwasanya dengan izin dan
perintah dari Allah mereka memberikan jaminan perlindungan bagi orang yang
teguh memegang pendirian bertuhan kepada Allah itu, baik semasa hidupnya
di dunia terutama di akhirat kelak. Maka bertambah condonglah kita kepada
pendapat yang telah kita kemukakan diatas tadi, yaitu bahwa malaikat datang
bukanlah semata-mata dikala orang yang teguh pendirian itu akan meninggal saja
bahkan pada masa hidup dalam kondisi apapun. Fahruddin menulis dalam tafsirnya
tentang maksud ayat ini, malaikat memberikan perlindungan atau pimpinan ialah
bahwa kekuatan malaikat itu ada pengaruhnya atas orang yang beriman denagn
membukakan keyakinan yang penuh dalam suatu pendirian, dan memberikan
ketegakkan yang hakiki, yang tidak meragukan lagi, sehingga jiwa itu berani
menghadapi segala kemungkinan apapun.
c.QS.
Al-Ahqaaf (46): 13-14
Artinya: 13. Sesungguhnya orang yang mengatakan Tuhan kami ialah Allah
kemudian mereka tetap istiqomah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan mereka tiada pula berduka cita.
14. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. Sebagai balasan
atas apa yang telah mereka kerjakan.
Orang-orang yang mengaku bahwa Allah SWT adalah Tuhannya dan menjadikan Allah
SWT sebagai sentral dalam segala sesuatu. Lalu mereka istiqomah, teguh, yang
merupakan derajat tinggi. Derajat itu berupa ketenangan jiwa dan ketenteraman
hati serta keistiqomahan perasaan.
· d.QS. Al-Furqon (25): 32
Artinya: Dan orang-orang kafir berkata, “Mengapa tidak diturunkan
Al-Qur’an itu kepada Muhammasd dengan sekaligus?”. Diturunkan Al-Qur’an dengan
cara demikian karena menetapkan hatimu (wahai Muhammad) dengannya, dan kami
nyatakan bacaannya kepadamu dengan teratur satu persatu.
Ayat ini berkaitan dengan istiqomah hati, yakni senantiasa teguh dalam
mempertahankan kesucian iman dengan cara menjaga kesucian hati daripada sifat
syirik, menjauhi sifat-sifat cela seperti riya dan hendaknya menyuburkan hati
dengan sifat terpuji, terutamanya ikhlas, dengan kata-kata lain istiqomah hati
mempunyai maksud keyakinan yang kukuh terhadap kebenaran.
· e.QS. Ibrahim (14): 27
Artinya: Allah menetapakan (pendirian) orang-orang yang beriman dengan
kalimat yang tetap teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.
Ayat ini berkaitan dengan istiqomah lisan, yaitu
dengan memelihara lisan atau tutur kata daripada kata-kata supaya senantiasa
berkata benar dan jujur setepat kata hati yang berpegang pada prinsip
kebenaran dan jujur, tidak berpura-pura, tidak bermuka-muka, dan tidak
berdolak-dalik. Istiqomah lisan terdapat pada orang yang beriman berani
menyatakan dan mempertahankan kebenaran dan hanya takut kepada Allah SWT.
C.Karakteristik
Perilaku Istiqomah
a. Mempunyai Tujuan Yang Jelas
Sikap istiqomah hanya mungkin memasuki jiwa seseorang bila mereka mempunyai
tujuan atau ada sesuatu yang ingin dicapai, mereka mempunyai visi yang jelas
dan dihayatinya dengan penuh kebermaknaan. Merekapun sadar bahwa pencapaian tujuan
tidaklah datang begitu saja, melainkan harus diperjuangkan dengan penuh
kesabaran, kebijakan, kewaspadaan dan perbuatan yang memberikan kebaikan semata
dengan menetapkan tujuan, mereka mampu merencanakan setiap tindakannya serta
mengelola aset dirinya agar bekerja lebih efisien dan efektif.
b. Kreatif
Orang yang memiliki istiqomah akan tampak dari kreatifitasnya, yaitu kemampuan
untuk menghasilakan sesuatu melalui gagasan-gagasannya yang segar dan mempunyai
rasa ingin tahu yang sangat besar serta tidak takut terhadap kegagalan,
melainkan ia takut terhadap kemalasannya untuk mencoba.
Ciri-ciri orang yang kreatif diantaranya memiliki kekuatan motivasi untuk
berprestasi, komitmen, serta inisiatif dan optimis.
c. Menghargai Waktu
Waktu adalah aset Illahiah yang paling berharga, bahkan merupakan kehidupan
yang tidak dapat disia-siakan, sebagaimana yang difirmankan dalam QS.
Al-Ashr.Ciri-ci orang yang menghargai waktu diantaranya tanggungjawab dan
disiplin dan tidak menunda-nunda waktu.
e. Bersikap
Sabar
Sabar
merupakan suasana batin yang tetap tabah, istiqomah pada awal dan akhir ketika
menghadapi tantangan dan mengemban tugas dengan hati yang tabah dan optimis,
sehinnga dalam jiwa orang yang sabar terkandung beberapa hal, yaitu menerima
dan menghadapi tantangan dengan tetap konsisten dan berpengharapan, tetap mampu
mengendalikan dirinya, tidak monoton dalam menilai sesuatu.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sikap Isiqomah adalah
sesuatu yang mutlak harus di miliki oleh seorang musli sebab karena dalam upaya
menegakkan ajaran Islam ini ialah yang menjadi target utama ialah upaya
menanamkan sikap optimis dan konsisten dalam menegkkan ajaran Islam.Namun tak
lepas dari itu semua dimana tuntutan zaman yang secara dinamis mempengaruhi
akan ruang gerak da’wa Islam di era saat ini.
Sikap Istiqomah
inilah yang di contohkan oleh rasulullah Saw,lewat perjalanan dakwa beliau
sejak beberapa tahun lamanya beliau mendakwakan Islam ini,terutama sikap
istiqomah yang di tunjukkan oleh Raulullah Saw lewat berbagai peperangan yang
di hadapi oleh beliau bersama para sahabatnya yang setia ikut andil dalam
Peperangan bersama beliau.
DAFTAR
PUSTAKA
Hafidz,
Imam al-Faqih Abi Zakariya Muhyiddin Yahya an-Nawawi. Riyaadh
ash-Sholihin. Surabaya.
Mu’is,
Fahrur dan Muhammad Suhadi. 2009. Syarah Hadits Arbain an-Nawawi.
Bandung: MQS Publishing
Suar,
Teja. (ed.). 2004. Islam Saja! Bekal Bagi Pemuda Muslim. Bandung:
Kalam UPI Press.
Tasmara,
Toto. 2001. Kecerdasan Ruhaniyah (Transcedental Intellegence). Jakarta:
Gema Insani Press.
Tasmara,
Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani
Press.
0 komentar:
Posting Komentar